Menu
Propellerads

Wednesday, December 6, 2017

Empat Pendekar Gaib Sunan Kalijaga
Unknown

Empat Pendekar Gaib Sunan Kalijaga

Malaikat Empat, Empat Pendekar Sakti
Siang dan malam keempat pendekar gaib ini setia menunggu kita. Saat genting dan bahaya, dia menyeret kita ke tempat yang aman. Saudara penjaga gaib ini bukan jin bukan pula gendruwo.
Semakin lama belajar ajaran-ajaran leluhur Jawa, kita akan semakin terkagum-kagum pada para nenek moyang. Ilmu yang mereka ajarkan tidak bertentangan dengan agama, bahkan sesuai dan memperkaya pemahaman agama yang kita anut.


Sayangnya banyak yang masih memandang sebelah mata ajaran para leluhur Jawa ini. Bahkan ada yang menuduhnya sebagai syirik, khurofat dan takhayul. Para penuduh ini mungkin lupa, bahwa ajaran Jawa disampaikan secara sederhana agar mudah dipahami orang Jawa. Memang, para leluhur kita kadang tidak fasih melafalkan kata-kata Arab. Para leluhur ini juga orang yang masih gagap iptek. Namun, jangan salah sangka dulu. 

Dari segi kebijaksanaan, ngelmu batin dan olah rasa para nenek moyang kita dulu bisa diandalkan. Mereka adalah para waskita yang mampu membangun candi Borobudur, Prambanan dan mampu membuat sebuah bangunan dengan ketepatan geometris dan geologis. Tidak kalah oleh nenek moyang bangsa Mesir yang mampu membangun piramida, atau nenek moyang suku Inca, bangsa Peru yang bisa membangun Manchu Picchu. 

Saat agama Islam masuk ke nusantara, sementara di Jawa saat itu sudah berkembang agama Hindu, Budha dan berbagai kepercayaan animisme, dinamisme, politeisme. Islam melebur secara pelan dan damai, berasimilasi serta berosmosis tanpa pertumpahan darah. Islam agama damai dan tidak memaksa. Orang Jawa bersifat pasrah, sumeleh, sumarah, ikhlas dan mengandalkan rasa pangrasa.

Bagi orang Jawa, masuknya Agama Islam yang kaya dengan aspek kebatinan (tasawuf) sangatlah tepat. Orang Jawa pun tidak kebingungan dengan ajaran-ajaran mistik yang ada di dalamnya. Namun orang Jawa berhasil menyederhanakan ajaran-ajaran mistik ini dengan terminologi dan kalimat-kalimat sederhana dan mudah dimengerti. Harap maklum saja, orang Jawa dulu mayoritas hidup di pedesaan yang sederhana dan tidak banyak berwacana ilmiah.

Salah satu ajaran Kejawen yang membahas tentang adanya malaikat pendamping hidup manusia adalah Sedulur papat limo pancer. Pancer adalah tonggak hidup manusia yaitu dirinya sendiri. Diri kita dikelilingi oleh empat makhluk gaib yang tidak kasat mata (metafisik). Mereka adalah saudara yang setia menemani hidup kita. Mulai dilahirkan di dunia hingga kita nanti meninggal dunia menuju alam barzakh (alam kelanggengan).
Sebelum hadirnya agama Islam, orang Jawa tidak memahami konsep malaikat. Maka mereka menyebut malaikat penjaga manusia dengan sedulur papat. Konsep "sedulur papat" ini oleh orang Jawa ditamsilkan melalui sebuah pengamatan/niteni. Mulai saat janin tumbuh di perut ibu, janin dilindungi di dalam rahim oleh ketuban. Selanjutnya adalah ari-ari, darah dan pusar. Itulah saudara manusia sejak awal dia hidup dan selanjutnya "empat saudara" ini kemudian dikubur. Namun orang Jawa Percaya bahwa "empat saudara" ini tetap menemani diri manusia hingga ke liang lahat. 

Karena Air Ketuban adalah yang pertama kali keluar saat ibu melahirkan, orang Jawa menyebutnya Saudara Tua. Saudara ini melindungi jasad fisik dari bahaya. Maka ia adalah Sang Pelindung Fisik. Selanjutnya yang lebih muda adalah ari-ari, tembuni atau plasenta. Pembungkusjanin dalam rahim. Ia melingkupi tindakan janin dalam rahim yang kemudian mengantarkan kita ke tujuan, maka ia adalah Sang pengantar

Saudara kita selanjutnya adalah Darah. Darah ini membantu janin kecil untuk tumbuh berkembang menjadi bayi lengkap. Darah adalah Sarana dan wahana iradatNya pada manusia. Darah bisa disebut nyawa bagi janin. Maka, darah disebut dengan Pembantu setia manusia menemukan jati dirinya sebagai hamba Tuhan, cermin Tuhan (Imago Dei).

Saudara gaib kita terakhir adalah pusar. Menurut pemahaman Kejawen, pusar adalah Nabi. Pusar secara biologis adalah tali yang menghubungkan perut bayi dalam rahim dan ari-ari. Pusar mendistribusikan makanan yang dikonsumsi ibu ke bayi. Pusar dengan demikian mendistribusikan wahyu "ibu" manusia yaitu Gusti Allah SWT kepada diri kita. 

Keempat saudara gaib ini sesungguhnya adalah EMPAT MALAIKAT PENJAGA manusia. Yang berada di kanan-kiri, depan-belakang kita. Maka, tidak salah bila Anda menyapa dan bersahabat akrab dengan mereka. Secara gaib, Tuhan mmeberikan pengajaran tidak langsung kepada hati kita. Namun melalui mereka pengajaran itu disampaikan. 

Keempat penjaga (malaikat) itu adalah: 
  1. JIBRIL : Penerus informasi Tuhan untuk kita,
  2. IZRAFIL : Pembaca Buku Rencana Tuhan  untuk kita, 
  3. MIKAIL : Pembagi Rezeki untuk kita, dan 
  4. IZRAIL : Penunggu berakhirnya nyawa untuk kita. 
Keempat malaikat itu oleh orang Jawa dianggap sebagai Sedulur karib hidup manusia. Bila kita paham bahwa perjalanan hidup untuk bertemu dengan Tuhan hakikatnya adalah perjalanan menuju "ke dalam” bukan "ke luar”. Perjalanan menembus langit ketujuh hakikatnya adalah perjalanan "diri palsu" menuju "diri sejati" dan menemukan SANG AKU SEJATI, YAITU DIRI PRIBADI/ TUHAN

Untuk menemukan SANG AKU SEJATI (limo pancer) itulah kita ditemani oleh EMPAT SAUDARA GAIB/MALAIKAT PENUNGGU (sedulur papat). Lantas dimana mereka sekarang? Mereka sekarang sedang mengawasi Anda. Berdzikir mengagungkan asma-Nya. Kita bisa menjadikan mereka sedulur paling akrab bila paham bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka. Caranya? Pejamkan mata, matikan seluruh aktivitas listrik di otak kiri dan kanan dan hidupkan sang AKU SEJATI yang ada di dalam diri Anda. Ya, hanya diri sendirilah yang mampu untuk berkomunikasi dengan para sedulur gaib nan setia ini. 

Bagaimana tidak setia, bila kemanapun kita berada disitu keempatnya berada. Bila kita berjalan, mereka terbang. Bila jasad kita tidur, mereka akan tetap melek ngobrol dengan ruh kita. Maka, saat bangun tidur disiang hari pikiran kita akan merasa fresh sebab ruh kita akan kembali menjejerkan diri kita dengan iradat-Nya. Sayang, saat waktu beranjak siang polusi nafsu/ego lebih dominan sehingga kebeningan akal pikiran semakin tenggelam.

Bagaimana agar hidup kita selalu ingat oleh kehadiran sedulur papat ini yang setia menjaga kita? Sunan Kalijaga memiliki kidung bagus: 
Ana kidung akadang premati
Among tuwuh ing kuwasanira
Nganakaken saciptane
Kakang kawah puniku
Kang rumeksa ing awak mami
Anekakaken sedya
Pan kuwasanipun adhi ari-ari ika
Kang mayungi ing laku kuwasaneki
Anekaken pangarah 
Ponang getih ing rahina wengi
Angrowangi Allah kang kuwasa
Andadekaken karsane
Puser kuwasanipun
Nguyu uyu sambawa mami
Nuruti ing panedha Kuwasanireku
Jangkep kadang ingsun papat
Kalimane pancer wus dadi sawiji
Nunggal sawujudingwang 

  • Ada nyanyian tentang saudara kita yang merawat dengan hati-hati.
  • Memelihara berdasarkan kekuasaannya. 
  • Apa yang dicipta terwujud. 
  • Ketuban itu menjaga badan saya. 
  • Menyampaikan kehendak dengan kuasanya. 
  • Adik ari-ari tersebut memayungi perilaku berdasar arahannya. 
  • Darah siang malam membantu Allah Yang Kuasa.
  • Mewujudkan kehendak-Nya.
  • Pusar kekuasaannya memberi perhatian dengan kesungguhan untuk saya. 
  • Memenuhi permintaan saya. 
  • Maka, lengkaplah empat saudara itu. 
  • Kelimanya seagai pusat sudah jadi satu. Manunggal dalam perwujudan saya saat ini. 
Continue reading →

Friday, November 24, 2017

Makrifat Dalam Bismillah Dan Doa, Dan Ilmu Kesempurnaan Syekh Siti Jenar
Unknown

Makrifat Dalam Bismillah Dan Doa, Dan Ilmu Kesempurnaan Syekh Siti Jenar


Makrifat Dalam Bismillah dan Doa
Dalam serat bayan budiman dijelaskan bahwa setiap surat dan Al-Quran kecuali surat "At-Taubah" selalu diawali dengan Basmalah. Perkataan ini muncul pertama kali dalam serat bayan budiman ketika burung Bayan menjawab pertanyaan burung Menco tentang makna kalimat "Bismillah" dalam Kitab Serat Bayan Budiman.

Bayan Budiman lalu menjelaskan mengapa demikian adalah karena Tuhan menjadikan tahun dalam 12 bulan dihiasi bulan Ramadan. Didalam setiap bulan yang 30 hari dihiasi hari Jumat, Iangit tujuh dihiasi matahari dan bulan, A-lQuran dihiasi dengan "Bismillah". Tuhan menobatkan Nabi Muhammad SAW dengan agama yang dihiasi shalat lima kali. 

Seumpama orang hidup, shalat itu menjadi pertanda penegakan agama yang jika meninggalkan shalat tak dapat diganti dengan sedekah 1 kwintal emas. Tapi hal ini akan sangat tergantung bagaimana laku ibadah itu diberi makna bukan sekedar aturan dan tindakan sistematis dan formal, melainkan dalam tataran kearifan batin. 


Hikmah dan Derajat Lafadz Bismillah
Sementara itu, hikmah dan derajat lafadz Bismillah, tergantung atas pekerjaan apa yang akan dilakukan. Ia bisa berarti wajib atau sunnah, jika pekerjaan itu wajib maka ia menjadi wajib, jika haram atau makruh maka menjadi haram atau makruh.

Bismillah ditulis lebih dulu karena pada waktu zaman Dlurriyyat di Lauhil Mahfudz ketika Tuhan memanggil dan dijawab "Alastu Birabbikum". Tuhan lalu berfirman "Bala-". Huruf sin berlekuk tiga sebagai simbol sirotol mustaqin yang juga berlekuk tiga sebagai simbol perjalanan selama 3 ribu tahun. 

Lafadz Bismillah itu ada empat kalimat karena bengawan surga juga ada empat macam, yaitu:
1. Air Tawar.
2. Air Madu.
3. Air Susu.
4. Air Manis. 

Jumlah hurufnya ada 19 karena malaikat penjaga neraka yang disebut Zabaniyyah itu terdiri dari 19 kelompok. Siapa yang membaca bismillah dalam shalat sesudah takbir, dosanya akan diampuni. Dengan meminum empat air di bengawan surga itu maka seseorang akan selamat dari siksa neraka Jahanam. 

Karena itu pulalah mengapa Syeikh Siti Jenar siang malam selalu menyucikan budi dan menguasai ilmu luhur, semua itu demi kemuliaan jiwanya dan manusia lainnya menuju kehidupan yang hakiki yang terlukis dalam kata "Bismillah" tersebut. Hal ini tercermin saat eksekusi mati yang dijatuhkan kepadanya. Ia justru memilih jalan kematiannya sendiri. 

Dalam kitab bayan budiman, burung bayan mengajarkan cara memohon kepada Tuhan untuk menggapai kemuliaan hidup secara sederhana. Hal ini bisa dibaca bahwa ajaran Syeikh Siti Jenar merupakan laku tingkat tinggi, sedangkan fatwa burung bayan lebih merupakan penyederhanaan dari hubungan manusia dengan Tuhan. 

DOA
Kalau Syeikh Siti Jenar sampai pada tingkatan "tidak adajarak" antara manusia dengan Tuhan (manunggaling kawula gusti), dalam fatwa burung bayan masih diperlihatkan jarak itu. Namun, perlu dimengerti bahwa itu bukan sesuatu yang berbeda tapi merupakan petunjuk jalan ke arah ajaran "wahdatul wujud" Siti Jenar. Untuk sampai pada tahapan kasampurnan Siti Jenar, perlu dimengerti terlebih dahulu tahap-tahap pencapaiannya dalam hal ini seperti yang disampaikan "burung bayan" tentang cara melakukan doa agar terkabul. 

Burung bayan menjelaskan bahwa syarat-syarat doa agar bisa terkabul itu ada 4 hal, yaitu:
1. Khusyuk dan hadir ketika berdoa.
2. Tanpa keraguan ketika memohon kepada Allah SWT.
3. Membaca Alhamdulillah atau memuji kepada tuhan yang memberi hidup.
4. Orang yang berdoa itu perbuatannya dan makanannya harus halal.
Jika semuanya bisa dipenuhi, insya Allah doamu akan dikabulkan. 

Konsep doa dalam ajaran kasampurnan adalah mengarah pada kemuliaan hidup. Karena itu ujungnya adalah masuk pada ketiadaan diri, hanya Allah SWT sajalah yang ada. Bahwasanya yang layak dipuji hanyalah Allah SWT, tiada sesuatupun dari manusia yang layak dipuji.

Karena, segala yang terpuji (Nur Muhammad) itu datangnya dari Allah SWT. Dan karena ujungnya adalah sifat keterpujian, maka tak layak ada yang haram masuk ke dalam tubuh manusia itu. Dengan memasukkan hal-hal yang tidak halal dalam tubuh sama artinya menjauhkan diri dari keterpujian atau kemuliaan hidup.

Cara berdoa di atas pada akhirnya juga berhubungan dengan latihan rohani guna mencapai kasampurnan yang berkaitan dengan konsep surga dan neraka. Konsep surga dan neraka yang banyak dikembangkan ulama syariah dan kalam, agak sedikit berbeda dengan kaum sufi.

° Ajaran Tentang Surga dan Neraka. Dalam pemikiran ulama kalam dan syariah tersebut tampak dipengaruhi konsep tentang "Tuhan Baik" dan "Tuhan Jahat". Adanya surga dan neraka sebagai 2 tempat eksistensial berada di wilayah kesadaran manusia seakan Islam mengenalkan dua jalan ke arah masing-masing Tuhan, atau ada jalan ke arah Tuhan Jahat tersebut.

°Beda Surga Dan Neraka Di Ajaran Makrifat. Tuhan pun seringkali digambarkan sebagai hakim yang keras dan penghukum. Hal ini berbeda dengan konsep cinta atau hubb kaum sufi dalam berhubungan dengan interaksi antar manusia dan sesama makhluk.

Karena itu, tampaknya penting untuk dimengerti bahwa konsep Tuhan Jahat atau hakim yang keras sungguh berbeda dengan ajaran kesempurnaan dalam ajaran sufi dan Syeikh Siti Jenar seperti yang diperlihatkan dalam kisah-kisah makrifat Kitab Bayan Budiman.


°Dalam ajaran Kesempurnaan. Neraka sesungguhnya hanyalah hadir sebagai bayang-bayang yang menutupi surga, sehingga doa menjadi mungkin dan tabir surga atau neraka bisa dibuka. Hal ini juga terlihat dalam doktrin bahwa surga itu selalu ditabiri oleh penderitaan dan sebaliknya neraka dengan segala kenikmatan.

°Fenomena Siang, Malam dan Gerhana. Seperti gambaran siang dan malam, sesungguhnya malam itu tidak ada kalau saja sinar matahari tak pernah terhalang bumi untuk sampai pada manusia. Demikian juga, neraka itu tidak pernah ada kalau saja manusia itu tidak pernah terhalangi dirinya untuk sampai pada Tuhannya.

Karena itu, untuk sebuah kemuliaan hidup, manusia harus melampaui dirinya hingga sampai pada Tuhannya. Itulah yang diajarkan kanjeng Nabi dengan konsep jihad Akbar sebagai sebuah pertarungan untuk bisa melampaui dan agar bisa mengalahkan diri atau kedirian seseorang.

Itulah makna yang dijelaskan secara singkat dalam Kitab Bayan Budiman tentang fenomena Matahari, Bulan dan Gerhana. "Lalu, apa bedanya matahari dan bulan," tanya burung Menco kepada Bayan Budiman. Selanjutnya Burung Bayan menjawab pertanyaan Menco dan menjelaskan bahwa matahari menjadi pertanda waktu shalat dan puasa.

Sedangkan bulan itu tidak tiap saat diterima sujudnya kecuali hanya pada tanggal 15. Adanya gerhana adalah untuk menolak perbuatan orang kafir dan majusi yang menyembah matahari. Dengan gerhana, Tuhan menunjukkan bahwa matahari dan bulan bukanlah Tuhan karena berubah-ubah.
Continue reading →

Friday, October 20, 2017

MENGAPA ABDURRAHMAN BIN AUF BISA MENJADI PEBISNIS SUKSES? DAN APA RAHASIANYA?
Unknown

MENGAPA ABDURRAHMAN BIN AUF BISA MENJADI PEBISNIS SUKSES? DAN APA RAHASIANYA?



Sejarah islam mencatat Abdurrahman bin Auf sebagai salah satu dari sahabat Nabi yang memiliki kekayaan berlimpah. Dia dikenal kaya, pengusaha brilian, sekaligus ringan tangan dalam bersedekah.

Dalam dunia bisnis, reputasinya nyaris tak tertandingi, bahkan, dia sampai-sampai dijuluki dengan sebutan "sahabat Nabi yang bertangan emas".

Sebutan itu seolah mempertegas bahwa apa yang dipegang Abdurrahman bin Auf akan berubah menjadi emas. Dengan kata lain, bisnis apapun yang dijalani menuai keberhasilan dan mendatangkan keuntungan berlimpah.

Berkat kepiawaiannya dalam berbisnis, orang-orang dimasa itu mengumpamakan seandainya dia mendapatkan sebongkah batu, maka dibawahnya terdapat emas dan perak.

Apa sejatinya kunci sukses Abdurrahman bin Auf dalam berbisnis hingga dia dijuluki "sahabat Nabi yang bertangan emas"?

Sekilas tentang Abdurrahman bin Auf
Sebelum islam datang dia dikenal bernama Abd Amr. Dia masuk islam dua hari  setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memeluk Islam. Dia termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk islam. Setelah dia masuk islam, Rasululllah kemudian memanggil dengan nama Abdurrahman bin Auf.

Abdurrahman bin Auf mengalami ujian keimanan. Dia diancam, didera siksaan oleh orang-orang kafir Quraisy. Tapi dia teguh dan tabah. Hingga akhirnya, perintah Hijrah datang.

Dia pun ikut rombongan kaum muslimin Hijrah ke Habasyah, Tapi dia kembali lagi ke Mekkah. Saat itu Rasulullah mendapat perintah Allah untuk Hijrah ke Madinah, dia lagi-lagi tak mau ketinggalan.

Setelah Hijrah ke Madinah itu, Abdurrahman bin Auf sebetulnya termasuk sahabat Nabi yang beruntung. Dia diikatkan lewat tali persaudaraan oleh Rasulullah dengan orang Anshar yang di kenal kaya. orang itu tak lain adalah Sa'ad bin Rabi Al-Anshari.

Tali persaudaraan itu membuat Sa'ad tak keberatan membantu Abdurrahman bin Auf dalam berniaga. Abdurrahman bin Auf lantas dipersilahkan mengambil sebagian harta yang dimiliki Sa'ad untuk bisa digunakan berdagang. Tapi apa reaksi dan jawaban Abdurrahman bin Auf?  Dengan halus, dia menolak uluran tangan saudaranya, "Cukup tunjukkanlah kepadaku dimana letak pasar di kota ini!“
Sa'ad kemudian membawa pergi Abdurrahman bin Auf ke pasar kota Madinah. Setelah tahu pasar kota Madinah, Abdurrahman bin Auf pun memulai berbisnis di pasar tersebut.

Tak butuh waktu lama, Abdurrahman bin Auf berhasil mengumpulkan uang. Karena merasa telah mampu, dan telah memiliki cukup uang untuk menikah, dia kemudian menemui Rasulullah.

Rasululllah kemudian bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, "Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?"

"Emas seberat biji kurma, " jawab Abdurrahman bin auf.

Rasulullah meminta Abdurrahman bin Auf menggelar walimah walau hanya dengan satu kambing. 

"Laksanakanlah walimah, walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu".

Janji Allah bahwa orang menikah akan mendapatkan kemudahan dan bisa menjadi kaya memang benar. setelah menikah, kehidupan Abdurrahman bin Auf pun berubah drastis. Kehidupan Abdurrahman bin Auf semakin Makmur.

Ia dikenal sebagai salah satu sahabat Nabi yang sukses dalam berbisnis dan sekaligus paling kaya. Tetapi, kesuksesan itu tidak membuat Abdurrahman bin Auf lupa untuk berbagi. Apalagi untuk urusan jihad di jalan Allah.

"Apakah kau telah meninggalkan uang belanja untuk istrimu?"
Tatkala perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf mengulurkan tangan dengan menyerahkan dua ratus Uqiyah emas. Apa yang diserahkan oleh Abdurrahman bin Auf itu terbilang banyak, sampai-sampai  Umar merasa tertegun, dan diliputi rasa penasaran.

Apakah Abdurrahman bin Auf tidak meninggalkan sedikit pun buat keluarganya?  Umar kemudian mengutarakan hal itu kepada Rasulullah.

"Apakah kau telah meninggalkan uang belanja untuk istrimu?" Tanya Rasulullah kepada Abdurrahman bin Auf.

"Ya," jawab Abdurrahman bin Auf. "Mereka telah kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang telah aku  dermakan."

"Berapa?" tanya Rasulullah.

"Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah."

Selain dalam perang Tabuk, dalam kesempatan lain Abdurrahman bin Auf juga telah mendermakan sebagian besar harta yang dimiliki. Dalam kitab usudul Ghoba, disebutkan total sedekah Abdurrahman bin Auf saat dia masih hidup sebanyak 80.000 dinar, sedekah berupa onta perang sebanyak 1000 ekor, menyediakan tanah bagi istri-istri Rasulullah senilai 40.000 dinar.

Bukan itu saja, ketika dia meninggal sempat mewariskan limpahkan harta untuk sedekah antara lain:
untuk keperluan fi sabilillah sebesar 50.000 dinar,
untuk tunjangan veteran perang Badar 40.000 dinar,
berwasiat kendaraan dan perlengkapan logistik perang, berupa 1000 ekor  unta, 100 ekor kuda, 1300 ekor kambing.

Beberapa kira-kira dana yang dikeluarkan Abdurrahman bin Auf itu jika diuangkan dalam masa sekarang ini? sungguh tak terbayangkan!
Itu dana yang terlihat, belum lagi uluran tangan Abdurrahman bin Auf yang didermakan secara sembunyi-sembunyi. Rupanya, kekayan yang dimilikinya tidak membuat Abdurrahman bin Auf lupa diri. Itulah yang membuat kekayaannya bertambah, dan berkah.

Pelajaran Bisnis dari Abdurrahman bin Auf
Sekilas dari kisah hidup Abdurrahman bin Auf di atas, ada beberapa rahasia bisnis yang bisa dipetik untuk dijadikan pelajaran.

pertama
Mandiri, Setelah Hijrah ke Madinah, dia mendapatkan tawaran modal. Tetapi, dia memilih untuk mandiri; mulai bisnis dari nol. Disini Abdurrahman bin Auf seakan ingin mengingatkan kepada kita semua bahwa dalam bisnis itu modal bukan segalanya.

Lantas, apa yang penting? Bagi Abdurrahman bin Auf, dia cukup tahu letak pasar. Dia lalu mulai berniaga, dan akhirnya berhasil.

Kedua
Bersandar kepada Allah; Dari kisah tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan: Abdurrahman bin Auf bersandar kepada Allah dalam memulai bisnis.

Bantuan dari orang lain memang bisa membantu dalam bisnis, tetapi bantuan dari Allah adalah hal penting dan tidak bisa dinafikan. karena itulah, dalam menjalani bisnis, Abdurrahman bin Auf tidak lupa diri dan dibuai oleh urusan bisnis. Abdurrahman bin Auf tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan tidak meninggalkan shalat.

Ketiga
Tekun, gigih dan pantang menyerah: Tak ada pengusaha atau saudagar sukses jaman Nabi yang berpangku tangan menanti rezeki yang turun dari langit, melainkan gigih dan pantang menyerah.

Itulah yang dipraktekkan oleh Abdurrahman bin Auf saat memulai niaga dipasar Madinah. Bangun fajar dan memulai usaha pagi hari. karena di pagi hari itu ada berkah. Sebab sebagaimana doa yang dipanjatkan Rasulullah, "Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi."

Keempat
Tidak banyak mengambil untung; Suatu hari, sebagaimana dikisahkan dalam kitab Ihya ulumuddin, Abdurrahman bin Auf pernah ditanya, Apa yang menyebabkanmu bisa mudah dalam berdagang?"

Abdurrahman bin Auf menjawab, "Ada tiga hal;
pertama aku tidak pernah menolak niaga yang mendatangkan keuntungan walaupun sedikit,
kedua aku tidak pernah menunda-nunda pesanan satu hewan pun.
ketiga aku tidak menjual dengan cara riba."

Kelima
Jujur dan teguh memegang janji; Abdurrahman bin Auf selalu mengingat apa yang telah dipesankan dengan keras oleh Rasulullah bahwa seorang pedagang itu harus jujur. sebab jujur itu akan mengantarkan seseorang pebisnis meraih kesuksesan.

Selain itu, dia teguh memegang janji. karena itu, sebagaimana dikisahkan diatas, dia tidak mau ingkar janji bahkan menunda-nunda pesanan satu hewan pun.

Keenam
Tidak lupa sedekah dan bayar zakat, sebab dalam sedekah dan zakat itu tersimpan keberkahan. Tidak ada sejarah yang mencatat orang yang sedekah dan membayar zakat kemudian jatuh miskin. Sebaliknya, justru rezeki itu bertambah dan berlipat.

Wallahu a’lam bis-shawab 
Continue reading →

Wednesday, October 4, 2017

7 LEMBAH: JALAN KEROHANIAN DALAM TASAWUF
Unknown

7 LEMBAH: JALAN KEROHANIAN DALAM TASAWUF



Haq Al-Yaqin:
Penyaksian secara batin, bahwa tuhan benar-benar satu, tiada kesangsian lagi.

Faqir:
Kesadaran tidak memiliki apapun selain DIA (Cinta) kepadanya dan karenanya bebas dari kungkungan selain DIA. 

Secara keseluruhan jalan tasawuf itu sebenarnya merupakan jalan cinta,  dan keadaan-keadaan Rohani yang jumlahnya tujuh itu tidak lain adalah keadaan-keadaan yang bertalian dengan Cinta.

TUJUH LEMBAH

Talab (Pencarian)
Dilembah ini banyak kesukaran, rintangan, godaan dijumpai oleh seorang Salik (Penempuh Jalan)

Tidak ada masalah lain baginya kecuali mengerjakan tujuan murni hidupnya.  Ia tidak mempermasalahkan lagi keimanan dan kekufuran, sebab ia telah berada dalam cinta. 

"Apabila kau gemar memilih diantara segala sesuatu yang datang dari tuhan, maka kau bukan penempuh jalan yang baik, karena keduanya berasal dari Tuhan".

"Kuasailah dirimu dan jangan biarkan kehidupan lahiriah dan jasmaniah menawan serta menyesatkanmu". 

Lembah Cinta (isyq)
"Cinta sebagai api yang bernyala terang"
"Sedangkan pikiran sebagai asap yang mengaburkannya"
"Tetapi cinta sejati dapat menyingkirkan asap"
"Cinta sejati sebagai penglihatan batin yang terang"
"Hanya dia yang telah teruji,  bebas dari dunia serta kungkungan benda-benda, berpeluang memiliki penglihatan terang, Caranya ialah dengan penyucian diri"

"Indra Tubuh adalah tangga menuju dunia
Indra Keagamaan tangga menuju Langit
mintalah kesehatan tubuh kepada dokter
namun kesehatan Jiwa dan Rohani hanya didapat dari kekasih Allah".

"Jalan rohani meruntuhkan (Hasrat) tubuh, sesudah itu rumah yang lebih megah dibangunnyaLebih baik merubuhkan rumah demi harta karun dan dengan harta itu membangun rumah baru dibanding mempertahankan rumah usang"

"Bendunglah air dan bersihkan dasar sungai, baru kau alirkan air minum didalamnya,
Belahlah kulit dan cabut bulunya, lalu segarkan kulit menutupi luka"

"Ratakanlah benteng dengan tanah, rebutlah ia dari tangan orang mungkar dan kafir,
Lalu dirikan ratusan menara dan tempat berlindung diatasnya"
(Siapakah orang mungkar dan kafir itu: dia tak lain adalah nafsumu sendiri

Dia yang menempuh jalan tasawuf hendaknya memiliki seribu hati,
Sehingga setiap saat ia dapat mengorbankan yang satu tanpa kehilangan yang lain.

Disini Cinta dikaitkan dengan pengorbanan,
ketaatan kepada seseorang yang dicintai merupakan seorang pecinta sejati.

"Malam-malam pengasingan sunyi telah berlalunamaun tak seorang dapat menyingkap rahasia seperti itu"

"Siapapun yang permohonannya dikabulkan seperti aku malam ini,  siang dan malam-malamnya akan dilalui dengan kebenaran cinta birahi"

"Pada siang hari nasibnya dicetak,  malam hari berikutnya disiapkan,  ya Tuhan,  Tanda-tanda menakjubkan apa yang kusaksikan malam ini"

"Apakah ini tanda hari kiamatakal, kesabaran, kawan sejati semua pergi"
"Cinta macam apa iniderita macam apa dan kepiluan macam apa? "

Lembah Kearifan / Makrifat
Kearifan dan pengetahuan biasa:
- Pengetahuan biasa bersifat sementara
- Kearifan ialah pengetahuan abadi,  sebab isinya  ialah tentang yang abadi. 

KEARIFAN 
Kearifan merupakan laba yang diperoleh seseorang setelah memperoleh penglihatan batin yang terang dimana ia mengenal dengan pasti hakikat tunggal segala sesuatu.

Kearifan menyebabkan sesorang selalu terjaga kesadarannya akan yang satu, waspada terhadap kelemahankekurangan dan keabaian dirinyadisebabkan godaan dan tipu muslihat yang banyak. 

MAKRIFAT
Mengetahui, Melihat, Merasakan

Makrifat dapat dicapai dengan berbagai cara diantarnya:
1. Sembahyang yang khusuk
2. Latihan kerohanian yang disiplin
3. Penyucian diri sepenuhnya dihadapan kekasih
4. Pengisian jiwa dengan pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan Rohani.

Seseorang yang mencapai makrifat akan menerima nur (cahaya)  sesuai amal usaha dan mendapat peringkat kerohanian,  yang ditetapkan bagi dirinya dalam mengenal kebenaran illahi. 

Hakikat (ilmu yang diamalkan)  orang yang mengenal hakikat segala sesuatu akan memandang dan bersikap terhadap dunia melalui penglihatan hatinya yang telah tercerahkan, diantaranya:

~ ia tidak lagi terpukau pada segala sesuatu yang bersifat embel-embel, sebab yang menjadi perhatiannya ialah yang hakiki. 

~ ia tidak sibuk memikirkan dirinya dan hasratnya yang rendah,  namun senantiasa asyik memandang wajah sahabat atau kekasihnya,  yang maha pengasih dan penyayang itu. 

KEARIFAN MENJADI RUSAK DISEBABKAN:
~ Dangkalnya pikiran
~ Kesedihan yang berlarut-larut,  dan
~ Kebutaan pandangan terhadap hakikat ketuhanan.

"Mata orang arif terbuka kepada yang satubagaikan bunga tulip yang kelopaknya selalu terbuka kepada cahaya matahari

Lembah kebebasan / Kepuasan (istighna
Dilembah ini tidak ada lagi nafsu memenuhi jiwa seseorang, atau keinginan mencari sesuatu yang mudah didapat dengan ikhtiar biasa, karena pandangan telah tercerahkan oleh kehadiran yang abadi. 

Maka seseorang tidak pernah melihat ada yang baru atau yang lama didunia ini,  lautan tampak setitik air ditengah wujudnya yang tak terhingga luasnya. 

Dadanya selalu lapang sebab dia mengetahui bahwa rahmat tuhan tidak akan pernah menyusut atau berkembang, tujuan hidup tak berguna ditinggalkan dan seorang merasa cukup dengan rahmat yang dilimpahkan Tuhan. 

Didunia ia hanya tinggal bekerja berikhtiar dan berusaha sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang sesuatu, untung rugi ia pasrahkan kepada kekasihnya.

Untuk mencapai tingkat ini seseorang harus melakukan kewjiban yang dipikulkan kepadanya tanpa beban,
seseorang mesti meninggalkan:
~ sikap acuh tak acuh
~ masabodo dan ketidak pedulian masalah keagamaan kemanusiaan dan sosial. 

Lamunan kosong dan ketidak pastian terhadap sesuatu yang tak memerlukan lamunan dan keraguan harus diganti dengan keteguhan iman haqq al-yaqin. 

ilmu 'l-yaqin nama ilmunya
ayn 'l-yaqin hasil tahunya
haqq 'l-yaqin akan katanya
muhammad nabi asal gurunya

Syariat akan ripainya
tariqat akan bidainya
haqiqat akan tirainya
makrifat yang wasil akan isainya

Dilembah keempat ini seorang mesti menyibukkan diri dengan hal-hal yang bersifat hakiki dan utama, mengabaikan hal-hal bersifat lahiriah,  yang semata-mata menyangkut kepentingan diri sendiri. 

Dilembah ini seseorang mungkin melakukan satu kegiatan yang bermakna,  tetapi ia tidak menyadari ia tidak perlu menyombongkan diri. 

Lupakan segala yang telah kau perbuat,  berikhtiarlah untuk bebas dan cukupkan dengan dirimu sendiri,  meskipun kau kadang mesti menangis dan bergembira terhadap hasil-hasilnya. 

Dilembah keempat ini cahaya kilat kesanggupan yang merupakan penemuan sumber-sumber dirimu sendiri,  kecukupan dirimu menyala begitu terang dan membara hingga membakar penglihatanmu pada dunia.

Lembah Tauhid
Dilembah ini semuanya pecah berkeping-keping kemudian menyatu kembali,  semua yang tampak berlainan dan berbeda kelihatan berasal dari hakikat yang sama. 

Jadi dilembah ini seseorang menyadari bahwa hakikat wujud yang banyak itu sebenarnya satu,  maksudnya manifestasi cinta yang satu yaitu al-rahman al-rahimnya

Lembah Hayrat (ketakjuban)
Disini kita menjadi mangsa ketakjuban yang menyilaukan mata,  sehingga seolah-olah kita tenggelam dalam kebingungan dan timbul rasa duka yang tak terkira. 

Betapa tidak: siang berubah menjadi malam,  malam berubah menjadi siang,  kemalangan tampak sebagai keberuntungan,  dan keberuntungan sebagai kemalangan, untung rugi tak jelas batasnya.

Orang yang mencapai lembah tauhid pada mulanya akan lupa atas segalanya, kemudian sadar bahwa bersama dirinya ialah satu, tetapi dia tidak tahu siapa yang bersamanya dengan dirinya. 

Jika orang berada dilembah ini ditanya, dia akan menjawab: aku tak tahu apa ini fanna (lenyap) atau baqa (hidup kekal) dalam dia aku tak tahu apa ini nyata atau tak nyata, aku sedang bercinta tetapi tidak tahu dengan siapa bercinta.

KISAH PUTRI RAJA YANG MENCINTAI HAMBANYA:
Hamba disini melambangkan seorang salik yang tak memikirkan apa-apa lagi,  yang terpenting mengabdi dan karena hanyutnya dalam pengabdiannya maka dia memancarkan keindahan luar biasa

Putri raja diam-diam jatuh cinta kepadanya dan dengan dibius oleh dayang-dayangnya maka hamba itupun dibawa keperaduan sang putri,
diberi minuman dan makanan lezat, dihidangi tari-tarian dan musik indah sebelum keduanya beradu.

Hamba tersebut mengalami semua itu antara sadar dan tak sadar.

Lembah faqir dan fana
FAQIR:
Tidak memiliki apa-apa lagi, semuanya sudah terampas dari dirinya, kecuali CINTANYA kepada yang satu. 

Karena jiwanya hanya terisi olehnya, maka dia sanggup mengorbankan diri asal saja diperintahkan oleh kekasihnya. 

Kefaqiran menerbitkan keberanian menentang yang selain DIA, sebagai mana dimanifestasikan dalam semangat jihad, futuwwa semangat satria pandita. 

FANA:
Ialah persatuan mistik, manunggaling kawula gusti atau "Unio-mistica" ,  keadaan ini disusul dengan baqa yaitu: pengalaman hidup kekal dalam Tuhan. 

Apabila seseorang telah mencapai tahap ini, dia akan mengenal dirinya yang hakiki, dirinya yang universal dan dengan demikian mengenal dengan sungguh-sungguh asal kerohaniannya.

Hadist yang mengatakan:
"Barang siapa yang mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya"

Disini seseorang mengenal bahwa dirinya benar-benar mahluk Rohani, bukan sekedar mahluk jasmani dan nafsani,  dia menyadari bahwa secara esensial manusia memang mahluk kerohanian, sebagai khalifah tuhan menjadi perantara antara alam rendah dan alam tinggi.

KISAH SIMUGH
Melalui kesukaran dan kehinaan jiwa, burung-burung itu menyusut dalam fana,

Sedangkan mereka menjelma debu, setelah dimurnikan merekapun memperoleh kehidupan baru dari cahaya illahi,

Sekali lagi mereka menjadi hamba-hamba yang berjiwa segar,  sekali lagi dijalan lain mereka binasa dalam ketakjuban,

Laku dan diam mereka dimasa silam, enyah dan hapus dari lubuk dada mereka,

Matahari kehampiran bersinar terang dari diri mereka, jiwa mereka semuanya diterangi oleh cahaya itu

Dalam pantulan wajah tiga puluh burung simugh dunia, mereka lantas menyaksikan wajah simugh,

Jika mereka memandangnya, ya itulah simugh, tak syak lagi simugh adalah tiga puluh burung,

Semua bingung, terpesona dan takjub, mereka tak tahu apakah mereka ini ataukah itu, mereka memandang diri mereka tiada lain kecuali simugh

TAHUKAH KAU APA YANG KAU MILIKI? 
Masuklah kedalam dirimu sendiri dan renungkan ini:
Selama kau tak menyadari kehampaan dirimu, selama kau tak meninggalkan kebanggan diri yang palsu, serta kesombongan dan cinta diri yang berlebihan? 

Kau tidak akan mencapai puncak keabadian dijalan tasawuf, kau mula-mula akan dicampakkan kedalam lembah kehinaan,  kemudian baru kau akan diangkatnya kepuncak gunung kemulyaan. 

PENGETAHUAN TENTANG DIRI
Siapakah anda?
Dari mana anda datang? 
Kemana anda akan pergi?
Apa tujuan anda datang serta tinggal sejak disini? 
Dimanakah letak kebahagiaan anda?

Satu pengetahuan kita timbul dari kajian dan renungan atas jasad kita sendiri, yang menampakkan kepada kita kebijaksanaan, kekuatan serta cinta sang pencipta.

Manusia dengan tepatnya disebut alam al-saghir (jagad cilik) dalam dirinya, tetapi diatas segalanya pengetahuan tentang jiwa dan kerohanian manusia lebih penting sebab pengetahuan semacam itulah yang dapat membawa kita sampai kepada pengetahuan tentang tuhan. 


Wallahu  A'lam  Bish-shawab
Continue reading →

Sunday, September 24, 2017

PRINSIP IBADAH YANG BELUM BANYAK DIKETAHUI OLEH ORANG
Unknown

PRINSIP IBADAH YANG BELUM BANYAK DIKETAHUI OLEH ORANG



Jangan lakukan kecuali yang diperintahkan, jangan ditambah atau dikurangi maka disebut ibadah mahdhah, dan hubungannya bersifat vertikal  antara hamba dengan Tuhan
contoh: haji,  sholat, wudhu dan lain-lain

Silahkan melakukan apa saja kecuali yang dilarang maka disebut ghairu mahdhah (muamalah) hubungannya bersifat horizontal antara sesama makhluk
contoh: jangan mencuri, menyakiti sesama, riba dan lain-lain          ==>:{Cak Nun}:<==

A. Pengertian Ibadah
Secara etomologis diambil dari kata ‘ abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun. ‘Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah “‘Ibaadullaah” jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk  ibadah atau menghamba kepada-Nya:


وما خلقت الجن والانس الا ليعبدونِ       الذريات 56

Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu (QS. 51(al-Dzariyat ): 56).
B. Jenis 'Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;

1. ' Ibadah Mahdhah,
artinya  penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini  memiliki 4 prinsip:

a. Ada dalil / perintah
Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.

b. Berpola
Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
وماارسلنا من رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء 64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64).
وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا…الحشر 7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
صلوا كما رايتمونى اصلى .رواه البخاري   . خذوا عنى مناسككم  .

Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah:  Sabda Nabi saw.:
من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو رد . متفق عليه .  عليكم بسنتى وسنة الخلفآء الراشدين المهديين من بعدى ، تمسكوا بها وعضوا بها بالنواجذ ، واياكم ومحدثات الامور، فان كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة  . رواه احمد وابوداود والترمذي وابن ماجه ،  اما بعد، فان خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد  ص. وشر الامور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة . رواه مسلم

Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:
ذرونى ما تركتكم، فانما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم واختلافهم على انبيآئهم، فاذا امرتكم بشيئ فأتوا منه ماستطعتم واذا نهيتكم عن شيئ فدعوه . اخرجه مسلم

c.  Supra rasioanal
Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

d. Taat
Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi:

Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

Rumusan Ibadah Mahdhah adalah
“KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syari’at)

2. Ibadah Ghairu Mahdhah
(tidak murni semata hubungan dengan Allah)  yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan  hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .  Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Tidak berdalil
Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.

b. Tidak berpola
Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.

c. Rasional
Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik buruknya, atau untung ruginya, manfaat atau mudharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan,  dan mudharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d.  Manfaat
Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah
“BB + KA”
(Berbuat Baik +  Karena Allah)

3. Hikmah Ibadah Mahdhah
Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhiedul ilaah” (KeEsaan Allah) , dan ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:

a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang)
Shalat semuanya harus menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana  untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya  (QS. 2: 144).

b. Tawhiedul harakah (kesatuan gerak)
Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.

c. Tawhiedul lughah (kesatuan ungkapan atau bahasa)
Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.

Ibadah Ghairu Mahdhah Meliputi Perkara Muamalah, Kebiasaan Atau Adat
Kebiasaan adalah suatu sikap atau perbuatan yang sering dilakukan.
Muamalah adalah secara bahasa sama dengan kata (mufa’alatan) yang artinya saling bertindak atau saling mengamalkan. Jadi muamalah pada hakikatnya adalah kebiasaan yang saling berinteraksi sehingga melahirkan hukum atau urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata dsb).

Sedangkan adat adalah suatu kebiasaan yang sering dilakukan dalam suatu masyarakat.
Dalam ushul fiqih landasan semua itu dikenal dengan Urf. Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Jadilah engakau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (al-‘urfi), serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf [7]:199)

Kata al-‘Urf dalam ayat tersebut, dimana umat manusia disuruh mengerjakannya, oleh Ulama Ushul fiqih dipahami sebagai sesuatu yang baik dan telah menjadi kebiasaan masyarakat. Berdasarkan itu maka ayat tersebut dipahami sebagai perintah untuk mengerjakan sesuatu yang telah dianggap baik sehingga telah menjadi tradisi dalam suatu masyarakat.

Dari segi objeknya ‘Urf dibagi kepada : al-‘urf al-lafzhi (kebiasaan yang menyangkut ungkapan) dan al-‘urf al-amali ( kebiasaan yang berbentuk perbuatan).
Dari segi cakupannya, ‘urf terbagi dua yaitu al-‘urf al-‘am (kebiasaan yang bersifat umum) dan al-‘urf al-khash (kebiasaan yang bersifat khusus).

Dari segi keabsahannya dari pandangan syara’, ‘urf terbagi dua; yaitu al’urf al-shahih ( kebiasaan yang dianggap sah) dan al-‘urf al-fasid ( kebiasaan yang dianggap rusak).
Para ulama ushul fiqh sepakat bahwa ‘urf al-shahih, yaitu ‘urf yang tidak bertentangan dengan syara’ atau kebiasaan yang tidak menyalahi satupun laranganNya atau kebiasaan yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah.

Perkara baru (bid’ah) dalam perkara ibadah ghairu mahdhah yang meliputi perkara muamalah, kebiasaan atau adat diperbolehkan selama tidak menyalahi laranganNya atau selama tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah.

Perkara baru (bid’ah) dalam perkara ibadah ghairu mahdhah yang meliputi perkara muamalah, kebiasaan atau adat pun, jika menyalahi laranganNya atau jika bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah maka termasuk bid’ah yang sayyiah alias bid’ah dholalah.
Berikut pendapat Imam Syafi’i ra

قاَلَ الشّاَفِعِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ -ماَ أَحْدَثَ وَخاَلَفَ كِتاَباً أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعاً أَوْ أَثَرًا فَهُوَ البِدْعَةُ الضاَلَةُ ، وَماَ أَحْدَثَ مِنَ الخَيْرِ وَلَمْ يُخاَلِفُ شَيْئاً مِنْ ذَلِكَ فَهُوَ البِدْعَةُ المَحْمُوْدَةُ -(حاشية إعانة 313 ص 1الطالبين -ج     )

Artinya; Imam Syafi’i ra berkata –Segala hal (kebiasaan) yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah) dan menyalahi (bertentangan) dengan pedoman Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ (sepakat Ulama) dan Atsar (Pernyataan sahabat) adalah bid’ah yang sesat (bid’ah dholalah). Dan segala kebiasaan yang baik (kebaikan) yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah) dan tidak menyalahi (bertentangan) dengan pedoman tersebut maka ia adalah bid’ah yang terpuji (bid’ah mahmudah atau bid’ah hasanah), bernilai pahala. (Hasyiah Ianathuth-Thalibin –Juz 1 hal. 313)

Ibn Hajar al-’Asqalani dalam kitab Fath al-Bari menuliskan sebagai berikut:
وَالتَّحْقِيْقُ أَنَّهَا إِنْ كَانَتْ مِمَّا تَنْدَرِجُ تَحْتَ مُسْتَحْسَنٍ فِيْ الشَّرْعِ فَهِيَ حَسَنَةٌ، وَإِنْ كَانَتْ مِمَّا تَنْدَرِجُ تَحْتَ مُسْتَقْبَحٍ فِيْ الشَّرْعِ فَهِيَ مُسْتَقْبَحَةٌ     .

“Cara mengetahui bid’ah yang hasanah dan sayyi’ah menurut tahqiq para ulama adalah bahwa jika perkara baru tersebut masuk dan tergolong kepada hal yang baik dalam syara’ berarti termasuk bid’ah hasanah, dan jika tergolong hal yang buruk dalam syara’ berarti termasuk bid’ah yang buruk” (Fath al-Bari, j. 4, hlm. 253).

Imam Suyuthi berkata: “mengenai hadits “bid’ah dhalalah” ini bermakna “Aammun makhsush”, (sesuatu yang umum yang ada pengecualiannya), seperti firman Allah : “… yang Menghancurkan segala sesuatu” (QS Al Ahqaf [46]:25) dan kenyataannya tidak segalanya hancur, atau firman Allah “sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama” (QS As Sajdah [32]:13) dan pada kenyataannya bukan semua manusia masuk neraka, (ayat itu bukan bermakna keseluruhan tapi bermakna seluruh musyrikin dan orang dhalim) (Syarh Assuyuthiy Juz 3 hal 189).
Imam Nawawi juga berkata,
قَوْلُهُ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ هَذَاعَامٌّ مَخْصُوْصٌ وَالْمُرَادُ غَالِبُ الْبِدَعِ     .
“Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam, “Kullu Bid’ah dholalah” ini adalah ‘Amm Makhshush, kata-kata umum yang dibatasi jangkauannya. Jadi yang dimaksud adalah sebagian besar bid’ah itu sesat, bukan seluruhnya.” (Syarh Shahih Muslim, 6/154).
Imam Nawawi menjelaskan pengecualian bid’ah atau bid’ah yang diperbolehkan adalah perkara baru (bid’ah) dalam kebiasaan yang baik atau contoh (suri tauladan) dalam kebiasaan yang baik yang disebut dengan sunnah hasanah, kebalikannya adalah sunnah sayyiah yakni perkara baru (bid’ah) dalam kebiasaan yang buruk atau contoh (suri tauladan) dalam kebiasaan yang buruk

Imam Nawawi mengatakan:
“Penjelasan mengenai hadits : “Barangsiapa membuat-buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang dosanya”, hadits ini merupakan anjuran untuk membuat kebiasaan kebiasaan yang baik, dan ancaman untuk membuat kebiasaan yang buruk, dan pada hadits ini terdapat pengecualian dari sabda beliau shallallahu alaihi wasallam : “setiap yang baru adalah bid’ah, dan setiap yang bid’ah adalah sesat”, sungguh yang dimaksudkan adalah hal baru yang buruk dan bid’ah yang tercela”. (Syarh Annawawi ‘ala Shahih Muslim juz 7 hal 104-105)

Al Imam Al Hafiz Al-Qurthubi mengatakan:
“Menanggapi ucapan ini (ucapan Imam Syafii), maka kukatakan (Imam Qurtubi berkata) bahwa makna hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi : “seburuk-buruk permasalahan adalah hal yang baru, dan setiap bid’ah adalah dhalalah” (wa syarrul umuuri muhdatsaatuha wa kullu bid’atin dhalaalah), yang dimaksud adalah hal-hal yang tidak sejalan dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasul shallallahu alaihi wasallam, atau perbuatan Sahabat radhiyallahu ‘anhum, sungguh telah diperjelas mengenai hal ini oleh hadits lainnya : “Barangsiapa membuat buat hal baru yang baik dalam islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya dan tak berkurang sedikitpun dari pahalanya, dan barangsiapa membuat buat hal baru yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang yang mengikutinya” (Shahih Muslim hadits no.1017) dan hadits ini merupakan inti penjelasan mengenai bid’ah yang baik dan bid’ah yang sesat”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal 87)

Dalam Syarhu Sunan Ibnu Majah lil Imam As Sindi 1/90 menjelaskan bahwa, “Yang membedakan antara sunnah hasanah dengan sayyiah adalah adanya kesesuaian atau tidak dengan pokok-pokok syar’i“

Jadi perbedaan antara sunnah hasanah dengan sunnah sayyiah adalah tidak bertentangan atau bertentangan dengan pokok-pokok syar’i yakni Al Qur’an dan As Sunnah.
Kesimpulannyai bid’ah hasanah adalah perkara baru (bid’ah) dalam ibadah ghairu mahdhah yang meliputi perkara muamalah, kebiasaan atau adat yang tidak menyalahi laranganNya atau tidak bertentangan dengan syara’ atau tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah.

Sedangkan bid’ah dholalah adalah perkara baru (bid’ah) dalam ibadah ghairu mahdhah yang meliputi perkara muamalah, kebiasaan atau adat yang menyalahi laranganNya atau bertentangan dengan syara’ atau bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah ditambah perkara baru (bid’ah) dalam ibadah mahdhah yakni mengada-ada larangan yang tidak dilarangNya, mengharamkan yang tidak diharamkanNya atau mewajibkan yang tidak diwajibkanNya.

Contoh perkara baru (bid’ah) dalam ibadah mahdhah atau perkara baru (bid’ah) dalam perkara syariat atau perkara baru (bid’ah) dalam Islam atau perkara baru (bid’ah) dalam urusan agama (urusan kami).

Ada seorang laki-laki yang datang kepada Imam Malik bin Anas Rahimahullah, dia bertanya : “Dari mana saya akan memulai berihram?”
Imam Malik menjawab : “Dari Miqat yang ditentukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau berihram dari sana”.
Dia bertanya lagi : “Bagaimana jika aku berihram dari tempat yang lebih jauh dari itu?”
Dijawab : “Aku tidak setuju itu”.
Tanyanya lagi : “Apa yang tidak suka dari itu ?”
Imam Malik berkata. “Aku takut terjatuh pada sebuah fitnah!”.
Dia berkata lagi : “Fitnah apa yang terjadi dalam menambah kebaikan?”
Imam Malik berkata : “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman artinya : “maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS An-Nur : 63] Dan fitnah apakah yang lebih besar daripada engkau dikhususkan dengan sebuah karunia yang tidak diberikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?”

Tidak boleh sholat subuh tiga rakaat walaupun menganggapnya baik karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “sholatlah sebagaimana kalian melihat aku sholat” (HR Bukhari 595, 6705).
Tidak boleh azan dalam sholat ied walaupun menganggapnya baik berdasarkan kaidah ushul fiqih,
اَلسُّكُوْتُ فِي مَقَامِ الْبَيَانِ يُفِيْدُ الْحَصْرَ
“Diam dalam perkara yang telah ada keterangannya menunjukkan pembatasan.”
Artinya bahwa diamnya Nabi atas suatu perkara yang telah ada penjelasannya menunjukkan hukum itu terbatas pada apa yang telah dijelaskan, sedang apa yang didiamkan berbeda hukumnya.

Maksud dari berbeda hukumnya adalah: bila nash yang ada menerangkan pembolehan maka yang didiamkan menunjukkan pelarangan, begitupun sebaliknya bila nash yang ada menerangkan larangan maka yang didiamkan menunjukkan pembolehan.

Jadi terlarang mengangap baik sesuatu menurut akal pikiran sendiri sehingga mewajibkan yang sebenarnya tidak diwajibkanNya sebaliknya terlarang menganggap buruk sesuatu menurut akal pikiran sendiri sehingga melarang yang sebenarnya tidak dilarangNya atau mengharamkan yang sebenarnya tidak diharamkanNya.

Semua kewajiban dan larangan bersumber dari Allah Azza wa Jalla dan disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bukan hasil akal pikiran manusia.

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,“di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Hadits riwayat Ath-Thabarani).

Jadi inti dari agama adalah perintahNya dan laranganNya. Apa pun yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada hakikatnya adalah perintahNya dan begitupula apa pun yang dilarang oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada hakikatnya adalah laranganNya.

Rasulullah mengatakan,
“Apa yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampumu dan apa yang aku larang maka jauhilah“. (HR Bukhari).

Dari Miqdam bin Ma’dikariba Ra. ia berkata: “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda;
“Hampir tiba suatu zaman di mana seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di atas kursi kemegahannya, lalu disampaikan orang kepadanya sebuah hadits dari haditsku maka ia berkata: “Pegangan kami dan kamu hanyalah kitabullah (Al-Qur’an) saja. Apa yang dihalalkan oleh Al-Qur’an kami halalkan. Dan apa yang ia haramkan kami haramkan”.

(Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan sabdanya): “Padahal apa yang diharamkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam samalah hukumnya dengan apa yang diharamkan Allah Subhanhu wa Ta’ala”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Segala perkara terkait dengan dosa adalah merupakan hak Allah Azza wa Jalla untuk menetapkannya atau mensyariatkannya bagi manusia agar terhindar dari dosa atau terhindar dari siksaan api neraka.

Perkara yang terkait dengan dosa adalah,
1. Segala perkara yang jika ditinggalkan berdosa (kewajiban)
2. Segala perkara yang jika dilanggar atau dikerjakan berdosa (larangan dan segala apa yang telah diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla)

PerintahNya meliputi perkara wajib yakni perkara yang jika ditinggalkan berdosa dan perkara sunnah (mandub) yakni perkara yang jika dikerjakan berpahala dan jika dtinggalkan tidak berdosa atau tidak apa apa

LaranganNya meliputi perkara haram yakni perkara yang jika dikerjakan atau dilanggar berdosa dan perkara makruh yakni perkara yang jika dikerjakan atau dilanggar tidak berdosa atau dibenciNya dan jika ditinggalkan berpahala. Selebihnya adalah perkara mubah (boleh) yakni perkara yang tidak diperintahkanNya maupun tidak dilarangNya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah Azza wa Jalla membawa risalah atau agama atau perkara yang disyariatkanNya yakni apa yang telah diwajibkanNya (jika ditinggalkan berdosa), apa yang telah dilarangNya dan apa yang telah diharamkanNya (jika dilanggar berdosa) dan selebihnya adalah apa yang telah dibolehkanNya. Allah ta’ala tidak lupa.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban (ditinggalkan berdosa), maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa larangan (dikerjakan berdosa), maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu(dikerjakan berdosa), maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia.” (Riwayat Daraquthni, dihasankan olehan-Nawawi)

Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islamitu jadi agama bagimu” (QS Al-Maaidah: [5] : 3)

Ibnu Katsir ketika mentafsirkan (QS. al-Maidah [5]:3) berkata,
“Tidak ada sesuatu yang halal melainkan yang Allah halalkan, tidak ada sesuatu yang haram melainkan yang Allah haramkan dan tidak ada agama kecuali perkara yang disyariatkan-Nya.”

Imam Jalaluddin As Suyuti dalam kitab tafsir Jalalain ketika mentafsirkan “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu” yakni hukum-hukum halal maupun haram yang tidak diturunkan lagi setelahnya hukum-hukum dan kewajiban-kewajibannya.

Rasulullah Shallallau ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Apa-apa yang Allah halalkan dalam kitabNya adalah halal, dan apa-apa yang diharamkan dalam kitabNya adalah aram, dan apa-apa yang didiamkanNya adalah dibolehkan. Maka, terimalah kebolehan dari Allah, karena sesungguhnya Allah tidak lupa terhadap segala sesuatu.” Kemudian beliau membaca (Maryam: 64): “Dan tidak sekali-kali Rabbmuitu lupa.” (HR. Al Hakim dari Abu Darda’, beliau menshahihkannya. Juga diriwayatkan oleh Al Bazzar)

Kesimpulannya, yang dimaksud dengan “telah sempurna agama Islam” adalah telah sempurna atau telah tuntas segala laranganNya, apa yang telah diharamkanNya dan apa yang telah diwajibkanNya, selebihnya adalah perkara yang dibolehkanNya atau selebihnya hukum asalnya adalah mubah (boleh) Firman Allah ta’ala yang artinya “dan tidaklah Tuhanmu lupa” (QS Maryam[19]:64)

Pada Hakikatnya Segala Sesuatu Pada Dasarnya Mubah (boleh)
Maksud dari prinsip ini adalah bahwa hukum asal dari segala sesuatu yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah.

Tidak ada yang haram kecuali apa-apa yang disebutkan secara tegas oleh nash yang shahih sebagai sesuatu yang haram. Dengan kata lain jika tidak terdapat nash yang shahih atau tidak tegas penunjukan keharamannya, maka sesuatu itu tetaplah pada hukum asalnya yaitu mubah (boleh).

Kaidah ini disandarkan pada firman Allah subhanahu wa ta’la,
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu….” (QS. Al-Baqarah [2]:29)

“Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya…” (QS. Al-Jatsiyah [45]:13)

“Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin…” (QS. Luqman [31]:20)

Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa segala apa yang ada di muka bumi seluruhnya adalah nikmat dari Allah yang diberikan kepada manusia sebagai bukti kasih sayang-Nya.
Dia hanya mengharamkan beberapa bagian saja, itu pun karena hikmah tertentu untuk kebaikan manusia itu sendiri. Dengan demikian wilayah haram dalam syariat Islam itu sangatlah sempit, sedangkan wilayah halal sangatlah luas.

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Katakanlah! Tuhanku hanya mengharamkan hal-hal yang tidak baik yang timbul daripadanya dan apa yang tersembunyi dan dosa dan durhaka yang tidak benar dan kamu menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak turunkan keterangan padanya dan kamu mengatakan atas (nama) Allah dengan sesuatu yang kamu tidak mengetahui.” (QS al-A’raf [7]: 33)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Rabbku memerintahkanku untuk mengajarkan yang tidak kalian ketahui yang Ia ajarkanpadaku pada hari ini: ‘Semua yang telah Aku berikan pada hamba itu halal, Aku ciptakan hamba-hambaKu ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah syaitan kepada mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya,dan mengharamkan atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta mempengaruhi supaya mereka mau menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan keterangan padanya”. (HR Muslim 5109)
Continue reading →

Friday, September 22, 2017

IMAM AL-GHAZALI: TANDA-TANDA KECINTAAN KEPADA ALLAH
Unknown

IMAM AL-GHAZALI: TANDA-TANDA KECINTAAN KEPADA ALLAH



Kimia Kebahagiaan (Kimia-i Sa'adat) adalah ringkasan dari karya monumental Al-Ghazali, "Ihya Ulumuddin", yang ditulis sendiri secara populer oleh beliau dalam bahasa parsi, tidak dalam bahasa arab sebagaimana kitab Ihya

Banyak orang mengaku telah mencintai Allah, tetapi masing-masing mesti memeriksa diri sendiri berkenaan dengan kemurnian cinta yang ia miliki.

Ujian pertama adalah:
Dia mesti tidak membenci tentang mati, karena tak ada seorang "teman" pun yang ketakutan ketika akan bertemu dengan "temannya". 

Nabi SAW berkata:
"Siapa yang ingin melihat Allah, Allah pun ingin melihatnya".
Memang benar bahwa seorang pecinta Allah yang ikhlas mungkin saja bisa takut akan kematian sebelum ia menyelesaikan persiapannya untuk akhirat, tapi jika ia ikhlas ia akan rajin membuat persiapan-persiapan itu.

Ujian keikhlasan yang kedua ialah:
Seseorang mesti rela mengorbankan kehendaknya demi kehendak Allah; mesti berpegang erat-erat kepada apa yang membawanya lebih dekat kepada Allah; dan mesti menjauhkan diri dari tempat-tempat yang menyebabkan ia berada jauh dari Allah.

Kenyataan bahwa seseorang telah berbuat dosa bukanlah bukti bahwa dia tidak mencintai Allah sama sekali, tetapi hal itu hanya membuktikan bahwa ia tidak mencintaiNya dengan sepenuh hati.

Wali Fudhail berkat pada seseorang: "jika seseorang bertanya kepadamu, cintakah engkau kepada Allah, maka diamlah; karena jika engakau berkata: " Saya tidak mencintainya, maka engkau menjadi seorang kafir; dan jika engkau berkata:  'Ya, Saya mencintai Allah, padahal perbuatan-perbuatanmu bertentangan dengan itu. 

Ujian yang ketiga adalah:
Bahwa dzikrullah mesti secara otomatis terus tetap segar di dalam hati manusia. Karena, jika seseorang memang mencintai,  maka ia akan terus mengingat-ingat: dan jika cintanya itu sempurna,  maka ia tak akan pernah melupakannya. 

Meskipun demikian,  memang mungkin terjadi bahwa sementara kecintaan kepada Allah tidak menempati tempat utama dihati seseorang,  kecintaan akan kecintaan kepada Allah yang berada ditempat itu, karena cinta adalah sesuatu dan kecintaan akan cinta adalah sesuatu yang lain.

Ujian keempat adalah:
Bahwa ia akan mencintai Al-Qur'an yang merupakan firman Allah dan Muhamad Nabiyullah. Jika cintanya benar-benar kuat, ia akan mencintai semua manusia, karena mereka semua adalah hamba-hamba Allah. Malah cintanya akan melingkupi semua makhluk, karena orang yang mencintai seseorang akan mencintai karya-karya cipta dan tulisan tangannya.

Ujian yang kelima adalah:
Ia akan bersikap tamak terhadap 'uzlah untuk tujuan ibadah.
Ia akan terus mendambakan datangnya malam agar bisa berhubungan dengan temannya tanpa halangan.

Jika ia lebih menyukai bercakap-cakap di siang hari dan tidur di malam hari dari pada ' uzlah seperti itu,  maka cintany itu tidak sempurna.

Allah berkata kepada Daud a.s : "jangan terlalu dekat dengan manusia, karena ada dua jenis orang yang menghalangi kehadiranku: orang-orang yang bernafsu untuk mencari imbalan dan semangatnya mengendur ketika telah mendapatkannya,  dan orang-orang yang lebih menyukai pikiran-pikirannya sendiri daripada mengingatKu. Tanda-tanda ketidak ridhaanKu adalah bahwa Aku meninggalkannya sendiri. 

"Sebenarnyalah, jika kecintaan kepada Allah benar-benar menguasai hati manusia,  maka semua cinta kepada yang lain pun akan hilang.  Salah seorang dari bani Israil mempunyai kebiasaan untuk sembahyang di malam hari. 

Tetapi ketika tahu bahwa seekor burung bisa bernyanyi dengan sangat merdu di atas sebatang pohon,  ia pun mulai bersembahyang di bawah pohon itu agar dapat menikmati kesenangan mendengarkan burung itu. 

Allah memerintahkan Daud untuk pergi dan berkata kepadanya:  "Engkau telah mencampurkan kecintaan kepada seekor burung yang merdu dengan kecintaan kepadaKu; maka tingkatanmu di kalangan para wali pun terendahkan. 

" Dipihak lain,  beberapa orang telah mencintai Allah dengan kecintaan sedemikian rupa,  sehingga ketika mereka sedang berkhidmat dalam ibadah,  rumah-rumah mereka telah terbakar dan mereka tidak mengetahuinya.

Ujian keenam adalah:
Bahwa ibadahpun menjadi mudah baginya. 
Seorang wali berkata:  "Selama tiga puluh tahun pertama saya menjalankan ibadah malamku dengan susah payah, tetapi tiga puluh tahun kemudian hal itu menjadi suatu kesenangan bagiku". Jika kecintaan kepada Allah sempurna,  maka tak ada kebahagiaan yang bisa menandingi kebahagian beribadah.

Ujian ketujuh adalah:
Bahwa pecinta Allah akan mencintai orang-orang yang menaatiNya, dan membenci orang-orang kafir dan orang-orang yang tidak taat, sebagaimana kata Al-Qur'an:
"Mereka bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan mereka berkasih sayang dengan sesamanya". 

Nabi Saw.  pernah bertanya kepada Allah:
"Ya Allah, siapakah pecinta-pecintaMu?
Dan jawabannya pun datang:
"Orang-orang yang berpegang erat-erat kepadaKu sebagaimana seorang anak kepada ibunya; yang berlindung di dalam pengingatan kepadaKu sebagai mana seekor burung mencari naungan pada sarangnya; dan akan sangat marah jika melihat perbuatan dosa seekor macan marah yang tidak takut kepada apa pun.
Continue reading →